Pada dasarnya fungsi ginjal adalah
menfiltrasi glukosa darah kembali ke dalam aliran darah dan tidak
mengizinkan darah untuk dibuang bersama urin, hanya sebagian kecil saja yang
dibuang atau diekskresikan bersama urin, yaitu sekita 0,01% atau lebih kecil .
Akan tetapi dalam kondisi ini ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
sehingga dalam urin terdapat glukosa melebihi jumlah tersebut.Kondisi ini bisa
terjadi karena adanya kondisi diabetes mellitus, tetapi jika ada masalah dengan
kemampuan ginjal untuk menyerap kembali (reabsorbsi) glukosa, kondisi ini
disebut renal glikosuria (glukosuria)
Ginjal memiliki nilai ambang untuk glukosa yang merupakan jumlah glukosa dalam darah dimana ginjal masih mampu melakukan reabsobsi atau penyerapan kembali. Nilai ambang ginjal berkisar antara 160-190 mg/dl. Ketika kadar glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal tersebut, maka kelebihan kadar glukosa tidak lagi dapat diserap oleh ginjal dan diekskresikan bersama urin.
Penyebab
GlikosuriaGinjal memiliki nilai ambang untuk glukosa yang merupakan jumlah glukosa dalam darah dimana ginjal masih mampu melakukan reabsobsi atau penyerapan kembali. Nilai ambang ginjal berkisar antara 160-190 mg/dl. Ketika kadar glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal tersebut, maka kelebihan kadar glukosa tidak lagi dapat diserap oleh ginjal dan diekskresikan bersama urin.
Ada beberapa faktor yang secara umum
dapat menyebabkan terjadinya glikosuria : Diabetes
Millitus, Hipertiroidisme, Makanan Berkadar Gula Tinggi, Tekanan
Intrakranial, Penyakit Hati.
1.
Diabetes Millitus
Diabetes
Millitus secara umum karena kurangnya
insulin dalam darah sehingga kadar glukosa meningkat dan dapat melebihi nilai
ambang ginjal. Ketika hal itu terjadi, ginjal tidak mampu lagi untuk menyerap
kembali gula kembali ke dalam aliran darah, yang memungkinkan terjadinya
glukosa terekskresi bersama urin.
2.
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme atau gangguan kelebihan hormon tiroid juga dapat
menyebabkan glikosuria. Peningkatan hormon tiroid dalam aliran darah dapat
menyebabkan penyerapan dari glukosa dari filtrat menjadi terhambat, sehingga
glukosa berhasil keluar bersama urin.
3.
Makanan Berkadar Gula Tinggi
Faktor yang juga menyebabkan glikosuria adalah makanan berkadar gula tinggi. Tingginya kadar gula dalam amakanan berdampak pada tingginya kadar gula darah. Jika tingginya kadar gula dalam darah melebihi nilai ambang ginjal, hal itu akan menyebabkan glukosa tidak seluruhnya diserap kembali oleh ginjal sehingga ia dapat keluar bersama urin.
Faktor yang juga menyebabkan glikosuria adalah makanan berkadar gula tinggi. Tingginya kadar gula dalam amakanan berdampak pada tingginya kadar gula darah. Jika tingginya kadar gula dalam darah melebihi nilai ambang ginjal, hal itu akan menyebabkan glukosa tidak seluruhnya diserap kembali oleh ginjal sehingga ia dapat keluar bersama urin.
4.
Tekanan Intrakranial
Peningkatan tekanan intrakranial dapat meningkatkan tingginya kadar gula darah atau juga disebut dengan hiperglikemia. Ketika hal ini terjadi, seperti pada faktor lainnya, ginjal akan sulit melakukan reabsorbsi dan glukosa pun tereksekresi.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat meningkatkan tingginya kadar gula darah atau juga disebut dengan hiperglikemia. Ketika hal ini terjadi, seperti pada faktor lainnya, ginjal akan sulit melakukan reabsorbsi dan glukosa pun tereksekresi.
5.
Penyakit Hati
Kondisi lain yang juga menjadi faktor penyebab glikosuria adalah faktor penyakit hati. Penyakit hati seperti sirosis hati dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat yang dapat menyebabkan tingginya gula dalam darah.
Kondisi lain yang juga menjadi faktor penyebab glikosuria adalah faktor penyakit hati. Penyakit hati seperti sirosis hati dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat yang dapat menyebabkan tingginya gula dalam darah.
6.
Renal Glikosuria
Penyebab lain dari lolosnya glukosa dalam urin adalah suatu kondisi yang dikenal sebagai renal glikosuria, yaitu sebuah kondisi di mana tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa, yang bukan dikeluarkan dalam urin bahkan ketika kadar gula darah masih dalam ambang ginjal atau lebih rendah rendah.
Penyebab lain dari lolosnya glukosa dalam urin adalah suatu kondisi yang dikenal sebagai renal glikosuria, yaitu sebuah kondisi di mana tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa, yang bukan dikeluarkan dalam urin bahkan ketika kadar gula darah masih dalam ambang ginjal atau lebih rendah rendah.
Gejala
Glikosuria (Glukosuria)
Ketika glikosuria terjadi dapat
menimbulkan beberapa gejala, salah satunya adalah sakit perut. Selain itu, pada
sebagian kasus glukosuria di tandai dengan gejala tingginya kadar gula dalam
darah. Untuk melihat gejala ini kita perlu melakukan tes dara dalam
laboratorium. Akan tetapi perlu kita ketahui, bahwa tidak semua glukosuria
ditandai dengan tingginya gula dalam darah. Gejala yang pasti terjadi pada
glikosuria adalah adanya kadar gula dalam urin. Gejala lainnya yang meungkin
terjadi pada glukosuria adalah rasa haus yang berlebihan.
Cara Mencegah Terjadinya Glikosuria
(Glukosuria)
Agar glikosuria ini tidak terjadi,
kita bisa melakukan pencegahan dengan melakukan beberapa hal seperti tidak
mengkonsumsi zat gula secara berlebihan. Selain itu, agar glukosuria tidak
terjadi, kita juga dapat melakukan penanganan terhadap beberapa kondisi yang
menjadi faktor penyebab glukosuria seperti diabetes millitus dan dan penyakit
hati.
Cara
Mengobati Glikosuria (Glukosuria)
Dalam
mengobati Glikosuria (Glukosuria) seorang dokter biasanya akan mempertimbangkan
faktor yang menyebabkan glikosuria. Faktor penyebab tersebut juga menjadi
penentu apakah glokusuria termasuk kondisi akut atau kronis.
Melakukan pengobatan terhadap diabetes, hipertiroidisme dan melakikan ginjal fungsi teratur dapat membantu dalam mengurangi ekskresi gula dalam urin. Beberapa obat medis seperti dapagliflozin dan canagliflozin merupakan obat yang bisa diberikan untuk mengurangi kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2.
Melakukan pengobatan terhadap diabetes, hipertiroidisme dan melakikan ginjal fungsi teratur dapat membantu dalam mengurangi ekskresi gula dalam urin. Beberapa obat medis seperti dapagliflozin dan canagliflozin merupakan obat yang bisa diberikan untuk mengurangi kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2.
HEMATURIA
Hematuria adalah kondisi adanya
darah di dalam urine. Urine akan berubah warna menjadi kemerahan atau sedikit
kecokelatan. Urine yang normal tidak mengandung darah sedikitpun kecuali pada
wanita yang sedang menstruasi. Mungkin kondisi ini bisa terlihat sangat
menakutkan, meski hematuria jarang menjadi pertanda kondisi medis yang
membahayakan nyawa Anda. Tapi Anda harus segera memeriksakannya ke dokter untuk
mengetahui penyebab munculnya darah di dalam urine.
Terkadang, terdapat pula darah yang
muncul di dalam urine meski tidak kasat mata. Kondisi ini sering disebut
sebagai hematuria mikroskopik. Darah yang terkandung dalam urine hanya bisa
dilihat di laboratorium dengan memakai mikroskop. Meski begitu, dokter tetap
perlu memeriksa penyebab munculnya darah dalam urine.
Darah yang ada dalam urine umumnya
berasal dari sistem saluran kemih, seperti:
- Kandung kemih. Tempat menyimpan urine.
- Uretra. Saluran yang dilewati urine dari kandung kemih menuju ke luar tubuh
- Ureter. Saluran dari ginjal menuju ke kandung kemih.
- Ginjal. Organ yang berfungsi menyaring darah.
Gejala
pada Hematuria
Tanda-tanda yang jelas terlihat dari
hematuria adalah berubahnya warna urine menjadi merah muda, kemerahan, atau
kecokelatan karena mengandung sel darah merah. Umumnya hematuria tidak terasa
sakit. Tapi jika muncul darah yang menggumpal bersama dengan urine, kondisi ini
akan menjadi menyakitkan.
Beberapa kasus hematuria memang
tidak disertai gejala lain sama sekali. Namun ada juga yang mengalami lebih
dari hematuria. Gejala-gejala yang menyertai hematuria akan tergantung pada
penyebab dasarnya. Berikut adalah gejala-gejala lain yang mungkin ada:
- Perih saat buang air kecil
- Frekuensi buang air kecil yang meningkat
- Sakit pada perut bagian bawah
- Kesulitan buang air kecil
- Rasa sakit di punggung bagian bawah
Penyebab
Terjadinya Hematuria
Ada hal lain yang
bisa menyebabkan urine berubah warna menjadi merah muda, kemerahan, atau
kecokelatan. Makanan dan obat-obatan bisa menjadi salah satu penyebab perubahan
warna urine. Buah bit dan beri bisa mengubah warna urine jadi berwarna merah.
Lalu obat-obatan seperti antibiotik nitrofurantoin dan obat laksatif sanna bisa
membuat warna urine berubah menjadi kemerahan.
Perubahan warna yang disebabkan oleh
makanan dan obat seperti di atas akan menghilang dalam beberapa hari. Jika Anda
seorang wanita, pastikan darah yang keluar bukan akibat menstruasi.
Untuk mengetahui dengan pasti apakah
terdapat darah pada urine Anda dan memastikan penyebabnya, disarankan untuk
memeriksakan diri ke dokter. Berikut ini beberapa penyebab umum munculnya darah
dalam urine.
- Infeksi saluran kemih. Kondisi ini terjadi ketika bakteri memasuki tubuh melalui uretra dan berkembang biak di dalam kandung kemih. Gejala lain selain hematuria adalah keinginan untuk terus buang air kecil, sakit dan sensasi rasa terbakar saat buang air kecil, dan urine yang beraroma kuat.
- Infeksi ginjal. Gejala yang lainnya adalah demam dan juga sakit pada sisi punggung bagian bawah.
- Batu ginjal. Jika batu cukup kecil, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit. Tapi jika batu berukuran besar dan menghalangi salah satu saluran dari ginjal, akan menyebabkan sakit yang parah.
- Pembengkakan kelenjar prostat. Kondisi yang umum ini tidak terkait dengan kanker prostat dan cenderung terjadi pada pria dewasa. Kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan buang air kecil dan sering buang air kecil.
- Kanker prostat. Kondisi ini bisa disembuhkan jika diketahui dan ditangani sejak dini. Cenderung terjadi pada pria berusia di atas 50 tahun. Perkembangan kondisi ini sangat perlahan.
- Kanker kandung kemih. Kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun.
- Kanker ginjal. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang-orang di atas usia 50 tahun. Kanker ini bisa disembuhkan apabila terdeteksi dan diobati sejak dini.
- Peradangan pada uretra. Kondisi yang umumnya disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti chlamydia (klamidia), akibat terinfeksi bakteri Klamidia trachomatis.
- Kelainan genetik. Anemia sel sabit adalah kerusakan hemoglobin sel darah karena faktor keturunan. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya darah dalam urine. Selain anemia sel sabit, sindrom Alport juga bisa menyebabkan hematuria. Sindrom ini memengaruhi jaringan penyaring pada ginjal.
- Olahraga secara berlebihan. Kondisi ini mungkin jarang sekali terjadi dan tidak diketahui dengan pasti kenapa bisa menyebabkan terjadinya hematuria, tapi salah satu keterkaitannya adalah karena terjadi trauma pada kandung kemih yang mengalami dehidrasi akibat aktivitas fisik yang berlebihan.
Diagnosis
terhadap Hematuria
Untuk memastikan bahwa perubahan
warna pada urine disebabkan oleh adanya darah, dokter akan melakukan tes urine.
Setelah tes urine, Anda mungkin perlu melakukan tes darah untuk memeriksa
fungsi ginjal.
- Tes pencitraan CT scan, ultrasound ginjal, dan pyelografi intravena bisa dilakukan untuk mengenali apakah terdapat batu ginjal atau kelainan lain pada sistem saluran kemih.
- Tes pengambilan sampel jaringan seperti sistoskopi dan biopsi ginjal adalah prosedur lebih intensif yang akan dilakukan jika penyebab hematuria masih belum diketahui. Sistoskopi dilakukan untuk menentukan apakah terdapat sel abnormal atau sel kanker pada kandung kemih. Sedangkan biopsi ginjal dilakukan untuk mencari tahu apakah terdapat kondisi tertentu pada ginjal Anda.
Hematuria adalah gejala yang muncul
akibat kondisi medis lain yang jadi penyebab dasarnya. Pengobatan akan
berdasarkan penyebab tersebut. Misalnya, jika hematuria disebabkan oleh infeksi
saluran kemih, makan dokter akan memberikan resep antibiotik. Namun jika
disebabkan oleh batu ginjal, pengobatan bisa mulai dari obat pereda sakit, tamsulosin
untuk memperlancar keluarnya batu, hingga operasi. Periksakan diri ke dokter
jika Anda merasa warna urine tidak seperti biasanya.
ALBUMINURIA
Albuminuria adalah suatu kondisi di mana urin mengandung protein
albumin yang banyak. Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah,
sehingga albuminuria disebut juga sebagai proteinuria. Protein merupakan
senyawa kompleks yang terdapat di hampir semua bagian tubuh, termasuk otot,
tulang, rambut, dan kuku.
Protein yang berada dalam aliran
darah juga melakukan sejumlah fungsi penting seperti melindungi tubuh dari infeksi,
membantu pembekuan darah, dan menjaga keseimbangan cairan di seluruh tubuh.
Bagaimana mekanisme terjadinya
albuminuria?
Saat darah melewati ginjal yang
sehat, maka ginjal akan menyaring produk limbah dan zat-zat sisa yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh lalu membuangnya melalui urin. Sedangkan albumin dan
protein lain merupakan zat yang masih diperlukan oleh tubuh sehingga tidak
dikeluarkan. Namun, ketika ginjal mengalami kerusakan dalam menyaring, maka
protein dari darah dapat bocor ke dalam urin.
Jika proteinuria tidak terkontrol,
peningkatan jumlah protein dalam urin dapat menyebabkan kerusakan ginjal
menjadi lebih berat. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
Penyebab Albuminuria Dua faktor risiko yang paling umum yang dapat menyebabkan albuminuria adalah sebagai berikut:
Penyebab Albuminuria Dua faktor risiko yang paling umum yang dapat menyebabkan albuminuria adalah sebagai berikut:
- Diabetes Tekanan
- Darah Tinggi (hipertensi)
Keduanya dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal, sehingga menyebabkan albuminuria atau proteinuria.
Contoh penyebab albuminuria selain
darah tinggi dan diabetes meliputi:
·
Obat-obatan
·
Trauma atau cedera
·
Racun
·
Infeksi
·
Gangguan sistem kekebalan tubuh
·
Peningkatan produksi protein di
dalam tubuh dapat menyebabkan proteinuria. Contoh termasuk multiple myeloma dan
amiloidosis .
Faktor risiko lainnya termasuk:
- Kegemukan
- Usia di atas 65 tahun
- Riwayat keluarga penyakit ginjal
- Preeklamsia ( tekanan darah tinggi dan proteinuria pada kehamilan )
Gejala Albuminuria
Albuminuria tidak memiliki
tanda-tanda atau gejala pada tahap awal. Banyaknya protein dalam urin dapat
ditandai dengan urin yang berbusa. Disamping itu, karena protein telah
meninggalkan tubuh, darah tidak bisa lagi menyerap cukup cairan, sehingga dapat
terjadi pembengkakan di tangan, kaki, perut, atau wajah. Pembengkakan ini
disebut edema. Ini adalah tanda-tanda hilangnya protein (proteinuria) dalam
jumlah besar dan menunjukkan bahwa penyakit ginjal telah berkembang.
Pemeriksaan laboratorium adalah
satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang mengalami albuminuria atau tidak
dan apakah protein dalam urine menunjukkan adanya kerusakan ginjal yang luas.
Diagnosis dan Pemeriksaan
Pemeriksaan Proteinuria
(Albuminuria) Dalam rangka melakukan pemeriksaan skrining terhadap penyakit
ginjal, dokter akan memeriksa sampel urin acak untuk mendeteksi adanya
proteinuria. Protein ini mudah dan cepat ditemukan dengan pengujian dipstick
urin (lihat gambar di bawah). Jika tes skrining ini negatif, tes urine yang
lebih akurat dapat dilakukan untuk mengukur rasio disebut rasio albumin :
kreatinin. Rasio albumin-kreatinin terhadap sampel urin pagi dianggap akurat,
tapi kadang-kadang koleksi urin 24 jam dapat dilakukan untuk mengukur
albuminuria. Albuminuria juga dapat diukur dengan menggunakan dipstick-albumin
spesifik pada sampel urin acak.
Semua orang dengan diabetes tipe I
dan tipe 2 yang berusia antara 12 dan 70 tahun harus menjalani tes urine untuk
memeriksa albuminuria setidaknya sekali setahun. Pedoman saat ini menyarankan
skrining untuk albuminuria pada pasien dengan faktor risiko penyakit ginjal
kronis, termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit sistemik, usia lebih
dari 60 tahun, dan riwayat keluarga gagal ginjal. Jika positif, hasilnya harus
dikonfirmasi dengan tes urine kedua.
Pengobatan Albuminuria
0 komentar:
Posting Komentar